Minggu, 21 Maret 2010

Sejarah Singkat Lembaga Dakwah Kampus

Pada pertengahan tahun 80-an ketika kebijakan orde baru menghapus kegiatan politik mahasiswa di kampus dengan NKK/BKK-nya, muncul geliat keislaman yang berpusat di masjid-masjid kampus yang awalnya dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang berdiskusi seputar keislaman.


Hal ini juga “didukung” dengan minimnya pelajaran agama dan kuatnya rasa ingin tahu tentang jati diri sebagai seorang muslim. Selain itu adanya berbagai tekanan terhadap umat Islam seperti tragedi lampung, tanjung priok, kasus-kasus soal jilbab, dan semacamnya ditambah dengan kebangkitan Islam di negara-negara timur tengah pada masa itu juga turut mempengaruhi geliat keislaman mahasiswa kala itu.


Pada awalnya mereka secara intens bertukar informasi, mengkaji, memahami dan mencoba mengaplikasikan hal-hal seputar keislaman yang berpusat pada kelompok-kelompok kecil yang kemudian berkembang menjadi kegiatan rutin yang melembaga.


Maka bermunculan-lah LDK berbasis masjid dengan berbagai nama, seperti Salam UI, Salman ITB, UKKI Unair, JS UGM, JN UKMI UNS, BDM Al Hikmah UM, baik dalam bentuk sayap kegiatan masjid atau musholla kampus, Unit Kegiatan Kemahasiswaan di bawah Universitas atau Lembaga Semi Otonom di bawah BEMU bahkan ada pula yang masih kegiatan ekstra kampus dan akhirnya terus berkembang terutama pada saat reformasi 98 dimana terbuka bebasnya aktivitas mahasiswa, membuat makin berkembangnya kegiatan-kegiatan ekstra mahasiswa termasuk LDK. Dengan begitu kegiatan-kegiatan Islam pun menemukan tempatnya, ada banyak mentoring, pelatihan, seminar, bahkan trend busana baru yaitu jilbab, kemudian munculnya penerbitan buku-buku Islam dan gerakan Islam, menjamurnya grup-grup dan pecinta nasyid sebagai trend hiburan islami.


Pola dan gerak LDK yang berkembang saat ini memiliki berbagai macam pola dan landasan. Ada yang mengikuti pola-pola gerakan para pemikir Islam seperti Hasan al Banna, atau para salafus shalih, ada yang berbasis organisasi kemahasiswaan seperti HMI, IMM, PMII atau pun KAMMI, bahkan ada pula yang bergerak tanpa pola pembinaan yang jelas.


LDK saat ini sejatinya adalah lembaga atau institusi yang berada di kampus yang menjadi dakwah sebagai aktivitas utamanya apapun basis massanya, Karena LDK adalah gerakan mahasiswa islam yang berbasis sosial dan moral.


Hingga saat ini tercatat lebih dari 600 buah LDK di seluruh Indonesia dengan berbagai level (Mula, Madya dan Mandiri).



Diadaptasi dari : Slide pelatihan dakwah kampus oleh akh.Tommy ( JMMI ITS) / 2005

Slide pelatihan dakwah kampus oleh akh. Budi winarno (Jadda UAD) / 2004

pemuda dan kebangkitan umat

“ Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS.Al Kahfi:13)

Kita pasti sudah kenal pemuda kahfi yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Pemuda yang menjaga sekuat tenaga hingga “bersembunyi” di dalam gua untuk melindungi aqidahnya dan Allah membuat mereka tidur hingga beratus tahun lamanya.

Pemuda, dengan berbagai ciri khas-nya : kuat, selalu ingin tahu, independent, hampir selalu menjadi pelopor perubahan atau kebangkitan kekuatan baru, mentranformasi gagasan-gagasan baru yang bisa membuat budaya baru. Seperti Hasan al Banna pernah berkata bahwa aset umat untuk bangkit telah terkuras habis kecuali satu, yaitu pemuda, karena sejak dulu hingga sekarang pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan, dan dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah kekuatannya dan dalam setiap fikrah pemuda adalah pengibar panji-panjinya apalagi bila pemuda yang dimaksud adalah mahasiswa.

Mahasiswa dalam gerakannya memiliki peran yang sangat berpengaruh pada aspek-aspek tertentu, terutama dalam kontrol sosial. Gerakan mahasiswa idealnya bisa memberikan kekuatan dalam bentuk kekuatan intelektual (agent of intelectual), kekuatan keteladanan/moral (agent of moral), dan kekuatan pendobrak, perubah dan pembangun (agent of change). Dan yang lebih penting mahasiswa adalah stok pemimpin-pemimpin umat selanjutnya, karena seperti lari estafet, tongkat kepemimpinan ini tak bisa kita bawa langsung ke garis finish, mau tak mau harus kita berikan pada pelari berikutnya.

Saya teringat Mohammad Natsir, yang pernah menyampaikan gagasan beliau yang menarik, yaitu penyatuan tiga komponen besar yaitu kampus, masjid dan pesantren. Penyatuan jiwa muda, sisi intelektual, tekhnologi, dakwah dan syiar islam.

Perpaduan yang unik yang bisa kita lihat sekarang di sebagian besar kampus diseluruh Indonesia dari timur hingga ke barat. Perpaduan unik ini yang kita lihat dalam sebuah institusi yang kita sebut Lembaga Dakwah Kampus, karena secara fungsi, LDK adalah penyatuan aspek-aspek kampus (ada sisi intelektual, aplikasi tekhnologi), aspek-aspek pesantren (pembelajaran agama, transformasi budaya islam) dan aspek-aspek masjid (penyaluran ibadah, dakwah dan syiar islam). Karena peran penting inilah tak berlebihan kiranya bila Budi Wiyarno (mantan Ketum LDK JADDA UAD) dalam sebuah pelatihan dakwah kampus menggambarkan bahwa LDK merupakan aset kebangkitan umat bukan hanya sekedar tempat latihan berorganisasi.

Rabu, 10 Maret 2010

assalammualaikum

bismillah...

assalammualaikum pejuang kebenaran...!

blog ini awalnya dibuat sebagai bentuk perwujudan rasa cinta saya pada salah satu fase dakwah ini dan untuk mendukung kemajuan dakwah kampus...
setelah terlibat di sebuah ldk dan di fsldk, banyak hal yang ingin saya bagi..
harapan saya, blog ini bisa jadi salah satu fasilitas untuk akselerasi dakwah kampus kedepan, baik untuk memperluas jaringan dan sharing ide-ide baru serta mencari solusi atas permasalahan dakwah kampus...

selamat berjuang untuk kita semua...
teringat sebuah kutipan bahwa " sekali antum tercebur dalam dakwah kampus, selamanya antum ingin tenggelam disana, dakwah kampus..salah satu fase dakwah yang membuat kita tambah dewasa tapi selalu muda.. (aghi umar) "

wassalammualaikum...
 

kawan seperjuangan...

semangat perubahan Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template